HUMOR

ANAK BAIK???

Seorang ibu dengan tidak sabar menunggu kepulangan anaknya, Badu. Anak itu seharusnya sudah pulang sekolah setengah jam yang lalu. Akhirnya, Badu pulang.
"Kenapa kau terlambat?" tanya Ibunya. "Apakah memang ada pelajaran tambahan?"
"Tidak, bukan karena itu. Aku berhenti di jalan," sahutnya.
"Kenapa?"
"Karena ada seorang nenek kehilangan uang dua puluh ribu."
"Oh, jadi kau terlambat karena membantu nenek itu menemukan uangnya? Aduh, baik sekali anak Ibu yang satu ini!"
"Bukan, bukan begitu, Bu," bantah Badu.
"Aku tidak bisa bergerak selama setengah jam karena aku menginjak uang nenek itu. 
Aku menunggu nenek itu kelelahan mencari uangnya dan pergi." ???!!






Pengakuan Pencuri Ayam


Yuki adalah seorang pencuri ayam yang sangat terkenal di kampungnya. Hampir setiap minggu dia sukses mencuri ayam tetangganya. Suatu hari dia mendatangi seorang pendeta untuk menyatakan tobat.

YUKI : "Pak Pendeta, saya akan bertobat, saya kemarin telah mencuri ayam... Maafkanlah dosa saya."
PENDETA : "Saya tidak bisa mengampunimu, hanya Tuhan yang bisa melakukannya."
YUKI : "Lalu, apa yang harus saya lakukan pada ayam curian saya ini?"
PENDETA : "Kembalikannlah ayam itu kepada pemiliknya."
YUKI : "Maukah Pak Pendeta mengambil ayam ini?"
PENDETA : "Tidak, saya sudah bilang kembalikan saja kepada pemiliknya."
YUKI : "Jadi Pak Pendeta benar-benar tidak mau menerima ayam ini?"
PENDETA : "Sekali tidak, tetap tidak!
YUKI : "Bener nih??"
PENDETA : "Iya, betul!!"
YUKI : "Lantas bagaimana kalau pemiliknya tetap bersikeras tidak mau menerima ayam ini?"
PENDETA : "Hm, kalau begitu bawa pulang saja ayam itu dan rawatlah baik-baik!"
YUKI : "Terima kasih, Pak Pendeta."

Yuki pun pulang ke rumah dengan ayamnya, Pak Pendeta pun masuk ke dalam rumah dan kaget sekali karena AYAMNYA HILANG SATU!!



                                                                                                                          Sumber: ketawa.com






SARUNGKU JATUH

Di suatu desa ada seorang nenek yang tinggal berdua dengan cucunya. Pada suatu hari, nenek menyuruh cucunya yang baru pulang mengaji untuk memetik mangga di depan rumah.
Sambil duduk di kursi goyang dalam ruang tamu, sang nenek menyuruh cucunya.
Nenek: "Cucuku, tolong kamu panjatin pohon mangga di depan rumah, nenek ingin makan mangga."
Cucu: "Iya Nek, mau memetik berapa?"
Nenek: "Dua buah saja, cukup. Hati-hati ya!"
Dengan tetap memakai sarung, sang cucu memanjat pohon mangganya. Selang beberapa saat terdengar suara, "buk...!"
Sang nenek menghitungnya,
Nenek: "Satu..."
Beberapa saat kemudian terdengar lagi, "gedebuk...!"
Pikir Nenek, "Dua.... Tapi kok suaranya keras sekali?"
Nenek: "Cu, itu suara apa yang jatuh?"
Sambil meringis,
Cucu: "Sarungku yang jatuh, Nek!"
Nenek: "Kok keras sekali?"
Cucu: "Iya, sarungnya masih kupakai, Nek!"
"Apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya."(Mazmur 37:24)
                                                                                                                 


                                                                                 [Sumber: Situs Sumber Kristen]






KERETA API


Sarjo melamar pekerjaan sebagai penjaga lintasan kereta api. Dia diantar menghadap Pak Banu, kepala bagian, untuk tes wawancara.
"Seandainya ada dua kereta api berpapasan pada jalur yang sama, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Pak Banu, ingin mengetahui seberapa cekatan Sarjo.
"Saya akan pindahkan salah satu kereta ke jalur yang lain," jawab Sarjo dengan yakin.
"Kalau handle untuk mengalihkan rel-nya rusak, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Pak Banu lagi.
"Saya akan turun ke rel dan membelokkan relnya secara manual."
"Kalau macet atau alatnya rusak bagaimana?"
"Saya akan balik ke pos dan menelepon stasiun terdekat."
"Kalau teleponnya lagi dipakai?"
"Saya akan lari ke telepon umum terdekat?"
"Kalau rusak?"
"Saya akan pulang menjemput kakek saya."
"Lho?" tanya Pak Banu heran dengan jawaban Sarjo.
"Karena seumur hidupnya yang sudah 73 tahun, kakek saya belum pernah melihat kereta api tabrakan..."
"Akal budi yang baik mendatangkan karunia, tetapi jalan pengkhianat-pengkhianat mencelakakan mereka." (Amsal 13:15)


                                                         [Sumber: (IjL)]


KENA BATUNYA


Ita yang baru masuk SMU, masa-masa pubernya membuat dia centil dan suka menjahili orang. Kali ini, dia mendapat kata-kata baru.
Hari pertama, dia menelepon temannya: "Rin, gue sudah tahu semuanya!"
"Hah..." Suara di sana terdengar lemas.
"Ta, elu jangan bilang Indri kalau gue jalan sama cowoknya ya, Ta. Gue ada voucher makan di restoran terkenal, elu jangan bilang-bilang yah. Maaf gue cuma bisa memberi itu doang."
"Okelah, gue sih terima aja, lu kan temen gue." Begitu telepon ditutup, Ita langsung teriak girang. "Wah oke juga nih, gue dapat voucher makan gratis. Coba gue praktik lagi!"
Kali ini, Ita masuk kamar kakaknya dan langsung bicara pelan di dekat kuping kakaknya yang lagi tiduran.
"Wa, gue sudah tahu semuanya. Ternyata gitu ya, Wa."
Dewa langsung bangun, mengambil sebuah kunci dan berbisik pada Ita. "Ta, lu boleh pakai mobil sebulan penuh plus gue kasih bensinnya. Tapi jangan bilang Papi kalau gue nge-gele yah!"
"Beres..." Ita benar-benar girang, kali ini dia mencegat Papinya yang baru pulang kerja.
"Pah," Ita mengejar Papinya yang cuek bebek "Pi, Ita mau omong."
"Ada apa sih, Ta? Papi capek nih."
"Ita sudah tahu semuanya Pi..."
Mendadak Papinya celingukan, mengeluarkan HP dan menelepon seseorang. "Ta, Credit Card kamu sudah Papi aktifkan lagi. Tapi jangan pernah bilang Mami soal si Ijah."
Ita girang campur sebel. Ternyata Papanya menduakan Mama cuma demi pembantunya, si Ijah. Ita langsung berlari tanpa sepatah kata pun.
Di luar, Ita bertemu Pak Udi, sopirnya yang sudah belasan tahun bekerja di rumahnya. Ita mulai usil lagi. Dia kesal juga, pasti dia tahu soal si Ijah, tapi bungkam selama ini, "Gue kerjain juga nih", pikirnya.
"Pak!" Ita benar-benar membuat kaget sopirnya, "Saya sudah tahu semuanya."
Pak Udi terbengong dan perlahan meneteskan air mata. Ita malah bingung.
"Ita, peluklah bapakmu ini, Sayang. Akhirnya kau tahu juga, Nak!"
"Janganlah merencanakan kejahatan terhadap sesamamu, sedangkan tanpa curiga ia tinggal bersama-sama dengan engkau." (Amsal 3:29)


                                                                                    [Sumber: Christian Story 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar