Senin, 27 Februari 2012

Menjaga Rahasia


Bacaan : Amsal 11:9-13
Nats : Siapa mengumpat, membuka rahasia, tetapi siapa yang setia, menutupi perkara(Amsal 11:13)
11:9 Dengan mulutnya orang fasik membinasakan sesama manusia, tetapi orang benar diselamatkan  oleh pengetahuan.  
11:10 Bila orang benar mujur, beria-rialah   kota, dan bila orang fasik binasa, gemuruhlah sorak-sorai.  
11:11 Berkat orang jujur memperkembangkan kota  tetapi mulut orang fasik meruntuhkannya.   
11:12 Siapa menghina sesamanya,  tidak berakal budi, tetapi orang yang pandai, berdiam diri.  
11:13 Siapa mengumpat, membuka rahasia,  tetapi siapa yang setia, menutupi perkara.     
Ibu R jengkel sekali. Dua hari lalu, ia baru saja menceritakan uneg-unegnya pada istri pendeta di gerejanya. Ia menceritakan perihal suaminya yang diduga menyeleweng. Suatu pagi, teman satu gereja menelepon dan bertanya: "Ada masalah apa dengan suamimu?" Ibu R kaget sekaligus kecewa. Kabar soal suaminya sudah sampai ke telinga para ibu di komisi wanita. Rupanya, dalam persekutuan doa ibu-ibu kemarin malam, sang istri pendeta memasukkan namanya ke dalam pokok doa. "Doakan Ibu R yang sedang punya masalah dengan suaminya," katanya. Walau berniat baik dan tak menyebut masalahnya secara rinci, si istri pendeta telah gagal menjaga rahasia. 
Di gereja anda, mungkin banyak orang kecewa karena berhadapan dengan orang yang tak bisa menjaga rahasia. Ini masalah serius. Membocorkan rahasia berarti mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan seseorang. 

Walaupun tanpa sengaja, dampaknya tetap merusak. Amsal mengingatkan, mulut yang mengucapkan apa yang tidak perlu bisa "membinasakan sesama" (ayat 9), bahkan "meruntuhkan kota" (ayat 10). Selanjutnya, ketidakmampuan menyimpan rahasia juga menandakan bahwa orang itu tidak setia dan tidak bisa mengendalikan diri (ayat 12). Seseorang yang bijak seharusnya tahu kapan saatnya berdiam diri dan kapan saatnya menutupi perkara.

Sekali kita gagal menjaga rahasia, orang lain akan kapok untuk berbagi rasa lagi dengan kita. Mereka akan menutup diri karena merasa tidak aman. Akibatnya, kita akan kehilangan persekutuan yang akrab dan mendalam. Oleh sebab itu, mulai sekarang kendalikanlah lidahmu! Stop bergosip atau membicarakan hal-hal yang tidak perlu -Sch

Sabtu, 25 Februari 2012

ALLAHMU adalah ALLAHKU.


RUT 1:15-18

1:15 Berkatalah Naomi: "Telah pulang iparmu   kepada bangsanya dan kepada para allahnya;   pulanglah mengikuti iparmu itu."
1:16 Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau  dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi,   ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku   dan Allahmulah Allahku 
1:17 di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi  dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku  dari engkau, selain dari pada maut!"
1:18 Ketika Naomi melihat, bahwa Rut berkeras untuk ikut bersama-sama dengan dia, berhentilah ia berkata-kata   kepadanya.



Dari pembacaan kita rupa-rupanya nampak bahwa Naomi telah menyalurkan imannya pada Tuhan Allah melalui teladan dan ajaran kepada Rut (bd. Ul 11:18-19).


Iman Rut pada Allah membuatnya tetap setia dalam kasihnya kepada Naomi.


Rut menjadi contoh dari prinsip ilahi bahwa "barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya" (Mat 10:39; bd. Rut 4:13-17).


Rut tidak lagi menempatkan hubungan darah/ keluarga sebagai pengikat utama dalam keluarga, tapi dia  menempatkan Imannya, hubungannya dengan Allah sebagai pengikat persaudaraan.

Berapa banyak dari kita tidak mampu meniru sikap Rut ini banyak orang tidak mampu untuk berdamai dengan keluarganya yang notabene adalah saudara sedarah, seayah atau ibu.


Saat ini Firman Tuhan melalui kehidupan Rut, mengajarkan kepada kita didalam Kristus kita adalah saudara, sebab ada darah Yesus yang telah mempersatukan.

Dan kini saatnya kita lebih memperhatikan saudara-saudara kita seiman.

Selamat melayani! (sch)